Nama :Agum Gumelar
Lahir :Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 Desember 1945
Agama:Islam
Hobby :Sepakbola
Istri :Linda Amaliasari (puteri mantan Menparpostel Achmad Tahir)
Anak :2 orang (Khaseli dan Ami)
Pendidikan:
:: 1964: tamat SMA di Bandung
:: 1969: masuk Akademi Militer Nasional (AMN)
Perjalanan Karir
:: 1973-1976: menjabat sebagai staf Kopkamtib dan Bakin
:: 1987-1988: Wakil Asintel Kopassus
:: 1988-1990: Asisten Intelijen Kopassus
:: 1991-1992: Asisten Intelijen I Kasdam Jaya
:: 1992-1993: Agum jadi Danrem 043/Garuda Hitam Lampung
1993-1994: Direktur A Badan Intelijen dan Strategis (BAIS) ABRI
:: 1993-1994: Komandan Kopassus ke-13
:: 1994-1996: naik pangkat sebagai Kasdam I Bukit Barisan (1994-1996).
1996: menjabat Staf Ahli Pangab bidang Polkam
:: 1996-1998: menjabat Pangdam VII Wirabuana
:: 1998: Gubernur Lemhanas
:: Oktober 1999: diangkat menjadi Menteri Perhubungan kabinet Persatuan Nasional Gus Dur kemudian menjadi Menhubtel ketika kabinet dirombak.
:: 11 Nov 2000: purnawirawan
:: 2 Juni 2001, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menko Polsoskam
:: 9 Agustus 2001 - 2004: Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong
:: Ketua Umum KONI Pusat 2003-2007
Alamat Kantor:
Jalan Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat
Agum Gumelar
Siap Melaksanakan Amanah Rakyat
Sebelumnya, banyak orang memperkirakan, suami Linda Amaliasari yang dikaruniai dua anak, yakni Khaseli dan Ami, itu akan tetap menjabat Menko Polkam. Sebab dia disebut banyak orang sangat dekat dengan Megawati. Kedekatannya dengan Megawati konon muncul dari konflik internal yang mewarnai tubuh Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Ceritanya, setelah mengalami deadlock dalam Kongres Luar Biasa di Surabaya pada 1993, Megawati secara de facto menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI dengan berbekal dukungan mayoritas cabang-cabang PDI di Indonesia.
Keputusan Megawati ini mesti memperoleh restu atau legitimasi politik melalui Musyawarah Nasional PDI yang berlangsung di Jakarta. Di forum inilah, sosok Agum yang ketika itu menjabat sebagai Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI diangap turut berperan dalam memuluskan jalan Megawati menuju ke kursi Ketua Umum PDI. Setelah itu, ia justru mengalami mutasi ke posisi Kepala Staf Kodam I Bukit Barisan.
Bukan kali itu saja Agum menerima cap sebagai ‘simpatisan’ PDI. Gara-gara kedekatannya dengan partai berlambang banteng gemuk ini pula, ia pada September 1999 silam bersama dengan sejumlah pengusaha Anthony Salim, Prajogo Pangestu, Soedono Salim dan Muchtar Riady, tersandung perkara ‘Lippogate’ dengan tuduhan menyumbangkan uang dalam jumlah besar ke tubuh PDI Perjuangan. Menantu mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Achmad Tahir, ini tak mau pusing dengan suara-suara miring tentang sumbangan politik tersebut dan segera menepisnya, “itu isu murahan.’
Mantan ajudan Ali Murtopo ini juga dinilai sebagian aktivis perempuan sebagai petinggi TNI yang berwawasan gender. Pada saat peralihan kepemimpinan Presiden Habibie (5/99), Presidium Aliansi Perempuan yang menyatakan diri mewakili kaum perempuan sebagai organisasi independen pernah mencoba memberikan alternatif susunan kabinet koalisi yang menurut mereka berwawasan gender. Mereka memasukkan nama Agum sebagai satu-satunya perwira tinggi yang diusulkan untuk menjadi Panglima ABRI.
Lelaki Sunda kelahiran Tasikmalaya, 17 Desember 1945 itu juga dikenal sebagai orang yang berani melawan arus. Akibatnya iakerap menjalani mutasi ke berbagai pos penugasan. Selepas dari Bukit Barisan misalnya, lulusan Akademi Militer Nasional 1969 ini kembali ke Jakarta dan menjabat sebagai staf ahli Panglima ABRI.
Beberapa pihak menduga saat itu – sebagai staf ahli Panglima ABRI- karir Agum bakal lenyap tertelan zaman. Namun, ternyata dugaan ini tidak terbukti. Sebab, kemudian ia ditugaskan ke Ujungpandang untuk memimpin Kodam Wirabuana VII di sana. Setelah itu Panglima ABRI memanggilnya ‘pulang’ untuk menduduki jabatan sebagai Gubernur Lemhanas.
Bahkan, setelah reformasi karirnya makin berkibar. Pada kabinet Gus Dur ia dipercaya menjabat Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi. Lalu menjabat Menko Polsoskam, sebuah jabatan yang memang cocok dengan latar belakangnya sebagai seorang prajurit. Kemudian, mantan Komandan Jenderal Kopassus –satuan elite TNI Angkatan Darat- ini dipercaya Megawati kembali memimpin Departemen Perhubungan Kabinet Gotong Royong.
Bintangnya pun terus bersinar cemerlang. Pada Musornas KONI di Wisma Serba Guna Senayan, Jakarta, Kamis 27/2/03, ia terpilih sebagai Ketua Umum KONI Pusat periode 2003-2007. Ia memperoleh 42 suara dari 79 suara (49 induk olahraga dan 30 KONI daerah) yang ada, menyisihkan kandidat lainnya, yaitu Sutiyoso (22 suara), Luhut Binsar Pandjaitan (8 suara) dan Arie Sudewo (6 suara). Ketua Umum PSSI ini menggantikan Wismoyo Arismunandar yang telah dua periode menjadi Ketua Umum KONI Pusat.
Kecintaannya di bidang olahraga dibuktikan dengan kiprahnya sebagai pengurus Persatuan Sepak Bola Perwira Tinggi ABRI, pengurus Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI), pengurus olahraga terjun payung (FASI), Ketua Klub Sepak Bola Persija Timur (sejak 1992), Ketua Liga Amatir PSSI, Ketua Pelaksana Liga Indonesia (23 Juli 1993-10 November 1995), dan Ketua Umum PSSI (1998-2003).
Agum menempuh pendidikan SD hingga SMA di Bandung. Setelah lulus SMA tahun 1964, ia sempat kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran selama setahun.
Kemudian ia masuk Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang (1968), seangkatan dengan Sutiyoso. Lulus pendidikan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad) tahun 1985, Sesko ABRI tahun 1991, di samping juga memperoleh gelar Master of Science (MSc) dalam bidang Manajemen dari American University.
Sepanjang karier militernya, Agum pernah bertugas sebagai Staf Kopkamtib dan Bakin (1973-1976), terjun dalam Operasi Penumpasan Pemberontakan PGRS/Paraku di Kalimantan Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, dan Operasi Penumpasan GPK di Aceh dan Irian Jaya.
Ia pernah pula menjabat Wakil Asintel Kopassus (1987-1988), Asisten Intelijen Kopassus (1988-1990), Asisten Intelijen I Kasdam Jaya (1991-September 1992), Komandan Korem 043/Garuda Hitam Lampung (1992-1993), Direktur A Badan Intelijen dan Strategis (Bais) ABRI (1993-1994), Komandan Kopassus ke-13 (1993-1994), Kepala Staf Kodam I Bukit Barisan (1994-1996), staf ahli Panglima ABRI bidang Polkam (1996), Panglima KodamVII Wirabuana (Agustus 1996-1998), dan Gubernur Lemhannas (1998). Agum pensiun 10 November 2000 dengan pangkat terakhir jenderal kehormatan (9 November 2000).
Karier politiknya dimulai ketika dipercaya sebagai Menteri Perhubungan (29 Oktober 1999-26 Agustus 2000), Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi (26 Agustus 2000-1 Juni 2001), Menko Bidang Politik Sosial dan Keamanan (1 Juni 2001-23 Juli 2001) merangkap Menteri Pertahanan (10 Juli 2001-23 Juli 2001), dan Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong (10 Agustus 200-4004).
Lahir :Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 Desember 1945
Agama:Islam
Hobby :Sepakbola
Istri :Linda Amaliasari (puteri mantan Menparpostel Achmad Tahir)
Anak :2 orang (Khaseli dan Ami)
Pendidikan:
:: 1964: tamat SMA di Bandung
:: 1969: masuk Akademi Militer Nasional (AMN)
Perjalanan Karir
:: 1973-1976: menjabat sebagai staf Kopkamtib dan Bakin
:: 1987-1988: Wakil Asintel Kopassus
:: 1988-1990: Asisten Intelijen Kopassus
:: 1991-1992: Asisten Intelijen I Kasdam Jaya
:: 1992-1993: Agum jadi Danrem 043/Garuda Hitam Lampung
1993-1994: Direktur A Badan Intelijen dan Strategis (BAIS) ABRI
:: 1993-1994: Komandan Kopassus ke-13
:: 1994-1996: naik pangkat sebagai Kasdam I Bukit Barisan (1994-1996).
1996: menjabat Staf Ahli Pangab bidang Polkam
:: 1996-1998: menjabat Pangdam VII Wirabuana
:: 1998: Gubernur Lemhanas
:: Oktober 1999: diangkat menjadi Menteri Perhubungan kabinet Persatuan Nasional Gus Dur kemudian menjadi Menhubtel ketika kabinet dirombak.
:: 11 Nov 2000: purnawirawan
:: 2 Juni 2001, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menko Polsoskam
:: 9 Agustus 2001 - 2004: Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong
:: Ketua Umum KONI Pusat 2003-2007
Alamat Kantor:
Jalan Medan Merdeka Barat No.8 Jakarta Pusat
Agum Gumelar
Siap Melaksanakan Amanah Rakyat
Sebelumnya, banyak orang memperkirakan, suami Linda Amaliasari yang dikaruniai dua anak, yakni Khaseli dan Ami, itu akan tetap menjabat Menko Polkam. Sebab dia disebut banyak orang sangat dekat dengan Megawati. Kedekatannya dengan Megawati konon muncul dari konflik internal yang mewarnai tubuh Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Ceritanya, setelah mengalami deadlock dalam Kongres Luar Biasa di Surabaya pada 1993, Megawati secara de facto menyatakan dirinya sebagai Ketua Umum PDI dengan berbekal dukungan mayoritas cabang-cabang PDI di Indonesia.
Keputusan Megawati ini mesti memperoleh restu atau legitimasi politik melalui Musyawarah Nasional PDI yang berlangsung di Jakarta. Di forum inilah, sosok Agum yang ketika itu menjabat sebagai Direktur A Badan Intelijen Strategis ABRI diangap turut berperan dalam memuluskan jalan Megawati menuju ke kursi Ketua Umum PDI. Setelah itu, ia justru mengalami mutasi ke posisi Kepala Staf Kodam I Bukit Barisan.
Bukan kali itu saja Agum menerima cap sebagai ‘simpatisan’ PDI. Gara-gara kedekatannya dengan partai berlambang banteng gemuk ini pula, ia pada September 1999 silam bersama dengan sejumlah pengusaha Anthony Salim, Prajogo Pangestu, Soedono Salim dan Muchtar Riady, tersandung perkara ‘Lippogate’ dengan tuduhan menyumbangkan uang dalam jumlah besar ke tubuh PDI Perjuangan. Menantu mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Achmad Tahir, ini tak mau pusing dengan suara-suara miring tentang sumbangan politik tersebut dan segera menepisnya, “itu isu murahan.’
Mantan ajudan Ali Murtopo ini juga dinilai sebagian aktivis perempuan sebagai petinggi TNI yang berwawasan gender. Pada saat peralihan kepemimpinan Presiden Habibie (5/99), Presidium Aliansi Perempuan yang menyatakan diri mewakili kaum perempuan sebagai organisasi independen pernah mencoba memberikan alternatif susunan kabinet koalisi yang menurut mereka berwawasan gender. Mereka memasukkan nama Agum sebagai satu-satunya perwira tinggi yang diusulkan untuk menjadi Panglima ABRI.
Lelaki Sunda kelahiran Tasikmalaya, 17 Desember 1945 itu juga dikenal sebagai orang yang berani melawan arus. Akibatnya iakerap menjalani mutasi ke berbagai pos penugasan. Selepas dari Bukit Barisan misalnya, lulusan Akademi Militer Nasional 1969 ini kembali ke Jakarta dan menjabat sebagai staf ahli Panglima ABRI.
Beberapa pihak menduga saat itu – sebagai staf ahli Panglima ABRI- karir Agum bakal lenyap tertelan zaman. Namun, ternyata dugaan ini tidak terbukti. Sebab, kemudian ia ditugaskan ke Ujungpandang untuk memimpin Kodam Wirabuana VII di sana. Setelah itu Panglima ABRI memanggilnya ‘pulang’ untuk menduduki jabatan sebagai Gubernur Lemhanas.
Bahkan, setelah reformasi karirnya makin berkibar. Pada kabinet Gus Dur ia dipercaya menjabat Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi. Lalu menjabat Menko Polsoskam, sebuah jabatan yang memang cocok dengan latar belakangnya sebagai seorang prajurit. Kemudian, mantan Komandan Jenderal Kopassus –satuan elite TNI Angkatan Darat- ini dipercaya Megawati kembali memimpin Departemen Perhubungan Kabinet Gotong Royong.
Bintangnya pun terus bersinar cemerlang. Pada Musornas KONI di Wisma Serba Guna Senayan, Jakarta, Kamis 27/2/03, ia terpilih sebagai Ketua Umum KONI Pusat periode 2003-2007. Ia memperoleh 42 suara dari 79 suara (49 induk olahraga dan 30 KONI daerah) yang ada, menyisihkan kandidat lainnya, yaitu Sutiyoso (22 suara), Luhut Binsar Pandjaitan (8 suara) dan Arie Sudewo (6 suara). Ketua Umum PSSI ini menggantikan Wismoyo Arismunandar yang telah dua periode menjadi Ketua Umum KONI Pusat.
Kecintaannya di bidang olahraga dibuktikan dengan kiprahnya sebagai pengurus Persatuan Sepak Bola Perwira Tinggi ABRI, pengurus Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI), pengurus olahraga terjun payung (FASI), Ketua Klub Sepak Bola Persija Timur (sejak 1992), Ketua Liga Amatir PSSI, Ketua Pelaksana Liga Indonesia (23 Juli 1993-10 November 1995), dan Ketua Umum PSSI (1998-2003).
Agum menempuh pendidikan SD hingga SMA di Bandung. Setelah lulus SMA tahun 1964, ia sempat kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran selama setahun.
Kemudian ia masuk Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang (1968), seangkatan dengan Sutiyoso. Lulus pendidikan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Darat (Seskoad) tahun 1985, Sesko ABRI tahun 1991, di samping juga memperoleh gelar Master of Science (MSc) dalam bidang Manajemen dari American University.
Sepanjang karier militernya, Agum pernah bertugas sebagai Staf Kopkamtib dan Bakin (1973-1976), terjun dalam Operasi Penumpasan Pemberontakan PGRS/Paraku di Kalimantan Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, dan Operasi Penumpasan GPK di Aceh dan Irian Jaya.
Ia pernah pula menjabat Wakil Asintel Kopassus (1987-1988), Asisten Intelijen Kopassus (1988-1990), Asisten Intelijen I Kasdam Jaya (1991-September 1992), Komandan Korem 043/Garuda Hitam Lampung (1992-1993), Direktur A Badan Intelijen dan Strategis (Bais) ABRI (1993-1994), Komandan Kopassus ke-13 (1993-1994), Kepala Staf Kodam I Bukit Barisan (1994-1996), staf ahli Panglima ABRI bidang Polkam (1996), Panglima KodamVII Wirabuana (Agustus 1996-1998), dan Gubernur Lemhannas (1998). Agum pensiun 10 November 2000 dengan pangkat terakhir jenderal kehormatan (9 November 2000).
Karier politiknya dimulai ketika dipercaya sebagai Menteri Perhubungan (29 Oktober 1999-26 Agustus 2000), Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi (26 Agustus 2000-1 Juni 2001), Menko Bidang Politik Sosial dan Keamanan (1 Juni 2001-23 Juli 2001) merangkap Menteri Pertahanan (10 Juli 2001-23 Juli 2001), dan Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong (10 Agustus 200-4004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar