Selasa, 09 Agustus 2011

H. Ali Sadikin

Kata Gubernur DKI yg sekarang (bang kumis), beliau dulu pernah di marahin ama Bang Ali pas jaman jadi staff di pemda DKI...

Nama:H. Ali Sadikin
Pangkat:Letnan Jenderal TNI KKO-AL (Purn.)
Lahir:Sumedang, 7 Juli 1927
Meninggal:Singapura, 20 Mei 2008
Agama:Islam
Istri: drg. Nani Arnasih (Almarhumah ), Linda Syamsuddin Mangan
Anak :
1. Boy Bernadi Sadikin
2. Edi Trisnadi Sadikin
3. Irawan Hernadi Sadikin
4. Benyamin Irwansyah Sadikin
5. Yasser Umarsyah Sadikin
Orang Tua :
R. Sadikin

Jabatan :
• Deputi II Panglima Angkatan Laut (1959-1963)
• Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja (1963-1964)
• Menko Kompartimen Maritim/Menteri Perhub. Laut Kabinet Dwikota dan Kabinet Dwikora Yang disempurnakan (1964- 1966)
• Gubernur KDH DKI Jakarta (1966-1977)

Organisasi:
• Ketua Umum PSSI (1977-1980)
• Anggota Kelompok Kerja Petisi 50 (1980-sekarang)

Pendidikan :
• Sekolah Pelayaran Tinggi, Semarang (1945).
• US. Marine Corps School, A.S.

Jasa:
Berjasa luar biasa terhadap negara dan bangsa Indonesia, khususnya pengembangkan Kota Jakarta sebagai Kota Metropolitan, penggagas pembangunan Taman Mini Indonesia Indah, Pendiri Taman Ismail Marzuki, dan membangun Taman Impian Jaya Ancol, Pekan Raya Jakarta, Gelanggang Mahasiswa, Gelanggang Remaja, Pusat Perfilman Usmar Ismail serta berbagai bangunan bersejarah antara lain Museum Fatahillah, Museum Tekstil, Museum Keramik, Museum Wayang serta mengembalikan fungsi gedung-gedung bersejarah, contoh Gedung Juang 1945 dan Gedung Sumpah Pemuda.

Tanda Kehormatan:
1. Bintang Mahaputera Adipradana (12 Agustus 2003)
2. Bintang Mahaputera Utama (1974);
3. Bintang Dharma (1963);
4. Bintang Gerilya (Tanpa Keppres);
5. Bintang Kartika Eka Pak~i Pratama (1970);
6. Bintang Swa Bhuwana Paksa Pratama (1970);
7. Bintang Jalasena Pratama (1969);
8. Bintang Bhayangkara Pratama (1969);
9. Bintang Sewindu APRI;
10. Satyalancana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV;
11. Satyalancana Perang Kemerdekaan I;
12. Satyalancana Perang Kemerdekaan II;
13. Satyalancana GOM I
14. Satyalancana GOM II
15. Satyalancana GOM III
16. Satyalancana GOM V
17. Satyalancana GOM VI
18. Satyalancana Sapta Marga
19. Satyalancana Wira Dharma
20. Satyalancana Penegak
21. Satyalancana Yudha Tama
22. Satyalancana Dwidja Sistha
23. Satyalancana Kebudayaan (1971).

Tanda Kehormatan Negara Asing :
1. Bintang Kerajaan Ethiopia
2. Bintang Kerajaan Belanda
3. Magsaysay dari Philipina.
4. Tanda Kehormatan dalam rangka pendidikan dari Amerika
5. Tanda Kehormatan dalam rangka pendidikan/ peninjauan dari Belanda
6. Beberapa Tanda Kehormatan dari beberapa Negara Eropa Barat, Timur, dan Asia dalam kedudukan sebagai pejabat tinggi dan Menteri Perhubungan Laut/Menko Kompartimen.

Tanda Penghargaan :
• Piagam Anugerah Pendidikan, Pengabdian, Ilmu Pengetahuan dan Olah Raga.
• Orang pertama penerima "Anugerah Cipta Utama" dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Sabtu (24/8/02).

Alamat :
JI. Borobudur No. 2 Jakarta Pusat

Ali Sadikin (1927-2008)
Dimakamkan di TPU Tanah Kusir

Obituari: Mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, yang akrab dipanggil dengan Bang Ali, meninggal dunia dalam usia 82 tahun, Selasa 20 Mei 2008 pukul 17.30 WIB di RS Gleneagles, Singapura. Letnan Jenderal TNI KKO-AL (Purn), itu meninggal setelah dirawat selama sebulan di RS tersebut.

Jenazahnya dibawa pulang ke Jakarta, Rabu i21/5 pukul 07.00 waktu Singapura. Putra Ali Sadikin, Boy Benardi Sadikin, kepada wartawan di rumah duka, Jalan Borobudur Nomor 2, Jakarta Pusat, Selasa 21/5 malam, mengatakan, jenazah akan disemayamkan di rumah duka dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta, Rabu 21/5. Menurut Boy, hal ini sesuai pesan Bang Ali agar jenazahnya ditumpangkan di makam isterinya, Nani Sadikin.

Pemakaman dengan cara ditumpangkan ini sesuai dengan gagasannya dulu ketika memimpin Jakarta. Ia konsekuen dengan usulannya mengingat lahan Jakarta semakin sempiti.

Letnan Jenderal TNI KKO AL (Purn) H Ali Sadikin (Bang Ali) menerima tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana karena dinilai berjasa luar biasa terhadap negara dan bangsa, khususnya mengembangkan Kota Jakarta sebagai Kota Metropolitan. Presiden Soekarno mengangkat putera bangsa kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927 ini sebagai Gubernur Jakarta lantaran dianggap kopig alias keras kepala. Dia berhasil sebagai pemimpin justru karena pembawaannya yang keras itu.

Gayanya memimpin Bang Ali dinilai cocok dengan kondisi Ibu Kota yang semrawut dan memerlukan kedisiplinan. Ternyata pilihan Soekarno tidak salah. Jenderal Angkatan Laut ini mampu menyulap Jakarta dari sekadar sebagai pusat pemerintahan menjadi pusat perdagangan sekaligus industri.

Caranya? Inilah yang mengundang kontroversi. Ia membuat gebrakan dengan melegalisasi perjudian. Untuk mengisi pundi anggaran daerah, Ali juga nekat mengizinkan bar dan panti pijat. Yang penting baginya, ada dana untuk membuat mulus jalan-jalan di seluruh Jakarta. Kritik keras yang datang dari para ulama tidak didengarnya.

Soal ijin perjudian tidak terlepas dari minimnya anggaran Pemda dalam upaya membangun Jakarta. Pada saat pertama kali menjabat, Bang Ali membuat rencana program pembangunan Jakarta. Saat itu dibutuhkan uang banyak untuk melakukan pembangun demi kesejahteraan masyarakat. Sedangkan anggaran Jakarta yang tersedia hanya Rp 66 juta, sementara jumlah penduduk sekitar 3,4 juta jiwa. Padahal pemerintah kolonial Belanda dulu hanya menyiapkan kota ini untuk menampung 600 sampai 800 ribu orang. Lalu, ia mengumpulkan seluruh unsur pimpinan daerah dan menjelaskan bahwa Jakarta butuh duit sangat besar.

Bang Ali bertanya ke mereka, "Saudara-saudara ini dapat berapa, sih, penghasilan dari judi? Akan saya ganti, malah bisa lebih tinggi." Mereka tidak bisa melawan. Sebab, uang dapat, tanggung jawab juga lepas. Nah, waktu itu ada empat tempat judi yang dijaga tentara. Lalu staf saya langsung mengatur, semua duit dari judi langsung masuk ke rekening bank. Dari judi ini setahun dapat sekitar Rp 40 miliar.

Selain judi, Ali Sadikin juga membuka tempat hirusan dan melegalisasi pelacuran. Namun ia mengatakan upaya itu sebagai bagian dari melayani masyarakat. Karena itu, ia berani membuka judi, steam bath, dan klub-klub, terutama untuk orang asing. Kalau habis bekerja, mereka biasanya tak mau pulang dulu, tapi pergi ke klub untuk minum kopi, setelah itu baru pulang. Pembukaan klub-klub itu dilakukan untuk melayani masyarakat kelompok ini.

Sedangkan pelacuran, karena dulu setiap menjelang malam di Jakarta bertebaran "becak komplet". Maksudnya, di dalam ada pelacurnya. Si tukang becak itulah yang menjadi makelarnya. Daripada berkeliaran dan meresahkan warga Jakarta, maka dibuatlah lokalisasi di Kramat Tunggak.

Pada akhir masa jabatannya tahun 1977, dia meninggalkan uang di kas daerah sebesar Rp 89,5 miliar. Juga, jalan-jalan yang mulus, penambahan ratusan sarana pendidikan dan kesehatan, terminal bus, dan pasar. Ali Sadikin juga mewariskan sejumlah bangunan penting seperti Taman Ismail Marzuki bagi para seniman, dan sebuah gelanggang mahasiswa di daerah Kuningan.

Bagaimana hubungan Bang Ali dengan keluarga Bung Kamo? Dengan bangga Bang Ali menanyakan, siapa yang membangun rumah untuk Megawati, Guruh, atau Sukmawati? Ia juga menjawab pertanyaan itu bahwa Pemda DKI lah yang membuat rumah mereka di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Juga izin pemilikan pompa bensin. Semua itu dilakukan ketika ia masih menjabat Gubernur DKI. Guruh Soekarnoputra pun mendapat bagian. Pemberian itu dimaksudkan sebagai bekal hidup anak mantan presiden. Ia pun membandingkan dengan anak mantan Presiden Soeharto yang sekarang punya ratusan perusahaan.

Meskipun pada waktu Presiden Soeharto berkuasa ia pernah dicekal, namun hal itu tak jadi halangan untuk menjalin tali silaturahmi. Misalnya, lebaran tahun 2001 ia datang ke rumahnya.

Sejak tahun 1959 hingga 1977, Ali Sadikin memegang beberapa jabatan seperti Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan, dan terakhir Gubernur Jakarta selama 11 tahun.

Setelah tahun 1977, namanya menjadi populer karena menjadi tokoh Petisi 50 yang menentang secara terbuka pemerintahan rezim Soeharto. Ia dicekal, tetapi tidak pernah dipenjara atau diajukan ke pengadilan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SERBA SERBI HEWAN QURBAN